Gerakan pedang seakan menari dengan tenang dan anggun, pelan menghanyutkan. Meskipun pelan, namun dalam sepuluh embusan napas, lebih dari seratus gerakan sudah muncul dari tangan mungkin Vasu – seolah-olah melukis pada kanvas udara bebas. Kadang gerakan ini memberikan gerakan angin yang hangat, gelombang yang panas, getaran yang sejuk, atau aura dingin membekukan dengan tak putus-putus.
Dalam bagai samudra, tinggi bagai langit. Sederhana seperti sebuah siulan, sekaligus rumit seperti orkestra megah. Meriah seperti langit malam dengan sungai-sungai bintangnya, tenang seperti langit biru membentang tanpa awan.
Ketika orang berpikir pedang itu akan bergerak, ternyata justru diam. Ketika orang berpikir pedang itu berhenti, justru bergerak tak putus-putus.
Antara Te’oma dan Gaetana yang sudah mempelajari pedang selama ratusan tahun, mereka bisa mengaku bahwa di antara seribu pendekar pedang terbaik – walau bukan terkuat – mereka bisa bersaing dengan lima puluh peringkat teratas. Namun di hadapan permainan pedang Vasu, mereka dipaksa tunduk seperti melihat matahari yang menyilaukan.Read more